(0380) 881580

info@undana.ac.id

Jl. Adisucipto, Penfui

Kupang, NTT 85001

07:30 - 16:00

Senin s.d Jumat

(0380) 881580

info@undana.ac.id

Jl. Adisucipto, Penfui

Kupang, NTT 85001

07:30 - 16:00

Senin s.d Jumat

Prof. Apris Adu Dikukuhkan Jadi Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat

 

Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Universitas Nusa Cendana (Undana), Prof. Dr. Apris A. Adu, S.Pt., M. Kes, resmi dikukuhkan menjadi Guru Besar pada bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. Pengukuhan dilakukan Rektor sekaligus Ketua Senat Undana, Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc pada Rapat Senat Terbuka Luar Biasa di Gedung Graha Cendana, Jumat (12/8/2022) pagi. 

Pengalungan Gordon Guru Besar kepada Prof. Apris-sapaannya dilakukan Prof. Ir. Fredrik L. Benu, M. Si., Ph. D (Rektor Undana Periode 2013-2021). Prof. Apris menjadi guru besar pertama pada FKM Undana sekaligus menjadi guru besar ke-39 Undana.

Di hadapan Ketua Senat dan anggota beserta sejumlah undangan, ia menyampaikan pidato berjudul Peranan Biologi Molekuler Jaringan (Ekspresi Protein Bcl-2 dan P53 Wild) sebagai Indikator Karsinogen, dalam Pencegahan Perubahan Pola Makan yang Mengandung Senyawa Nitrosamine. Dalam pidatonya, Alumni Jurusan Epidemologi, Universitas Airlangga Surabaya itu mengemukakan, zaman yang serba cepat menuntut begitu banyak perubahan dalam gaya hidup. Penemuan yang memberi dukungan penuh pada gaya hidup serba cepat, berkembang dengan sangat cepat. Karena itu, menurutnya makanan siap saji telah menjadi bagian dari gaya hidup, mulai dari yang berupa bumbu instan, hingga restoran siap saji.

 

Prof. Apris mengungkapkan, seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi, iklan berperan signifikan dalam memengaruhi orang untuk menjadikan Rumah Makan Siap Saji sebagai pilihan untuk makan di luar (eating out), terutama dengan berbagai promosi yang ditawarkan, mulai dari paket hemat, hingga paket makanan.  “Namun, konsumsi makanan siap saji secara rutin menyebabkan obesitas dan peningkatan berat badan, serta berdampak pada berbagai gangguan Kesehatan. Ini karena makanan siap saji, dari industri makanan masih mengandung lemak tingkat tinggi yang tidak dapat ditolerir, sehingga tidak saja makanan siap saji tidak ramah (unfriendly), tapi juga tidak sehat (unhealthy),” papar Guru Besar yang mengawali karir sebagai Tenaga Kependidikan itu.

 

Prof. Apris Adu (membelakangi layar) saat berada di hadapan senat Undana pada saat pengukuhannya menjadi Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jumat (12/8/2022) pagi di Gedung Graha Cendana.

 

Ia menambahkan, usaha manusia untuk menjamin persediaan dan meningkatkan mutu makanan berkembang pesat dengan mengembangkan makanan siap saji (Instan) dan zat tambahan (additives). Penggunaan zat aditif pada makanan yang tidak bijaksana dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan misalnya keracunan, kerusakan syaraf, ginjal, hati, cancer, cacat kelahiran, gangguan gastroenteritis, kejang-kejang, anomalia kaki, kelainan pertumbuhan, bahkan kematian.

“Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menghindari dan mengurangi dampak negatif perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak agar dapat menyampaikan informasi mengenai ancaman keracunan oleh adanya bahan-bahan tambahan dalam makanan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kesehatan masyarakat agar tetap sehat dan kuat untuk melaksanakan pembangunan bangsa,” paparnya.

 

Dalam orasi tersebut Prof. Apris juga menjelaskan pengaruh nitrat dan nitrit dalam makanan, perubahan sel akibat adanya radikal bebas, protein p53 Wild (tumor suppressor protein) pada proses apoptotosis, protein B cell lymphoma-2 (Bcl-2) atau B-cell lymphoma/leukemia-2 dan protein kedua dari berbagai protein yang ditemukan pada limfoma, dan juga Peran Bcl-2  Terhadap Apoptosis, Ekspresi Bcl-2.

Ia menambahkan, Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat selalu dan senantiasa melakukan pengembangan keilmuan di bidang biologi molekuler jaringan dengan melakukan berbagai penelitian mandiri maupun penelitian kolaborasi dengan  program studi lainnya di Undana seperti Prodi Kimia FKIP, yakni melakukan penelitian mengenai kemampuan berbagai bagian dari pohon kelor dan faloak untuk pengobatan kanker hati, juga dengan departemen Biologi molekuler Universitas Airlangga dalam mencari alternatif pengobatan kanker secara herbal.

 

“Dari hasil kolaborasi kami juga sudah mempublikasikan beberapa Jurnal yang terindeks SCOPUS Q1, Q2 dan Q3 serta beberapa jurnal Internasional dan Jurnal Nasional terindeks SINTA. Terima kasih yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada Bapak Rektor yang telah memberikan peningkatan anggaran kepada kami Fakultas Kesehatan Masyarakat setiap tahunnya, dan dari anggaran itu kami dapat melakukan penelitian dan publikasi yang berkualitas,” ujarnya. Ucapan terima kasih juga ia sampaikan kepada berbagai pihak, terutama keluarga, rekan-rekan dosen, tenaga kependidikan maupun mahasiswa yang telah berkontribusi dalam pencapaiannya meraih Guru Besar.

Dalam orasinya, Prof. Apris simpulkan bahwa ekspresi protein Bcl-2 terhadap protein p53 Wild mempunyai hubungan yang positif, hasil ini dapat dijelaskan bahwa secara fisiologi sistem pertumbuhan sel dalam individu diatur oleh keseimbangan antara apoptosis dan proliferasi. Terjadi keseimbangan antara protein Bcl-2 (anti apoptosis) dan protein p53 (pro apotosis) disebabkan adanya proses adaptasi. Proses adaptasi sangat di tentukan oleh perilaku manusia dalam mengolah makanan dan mengonsumsi makanan, bijak dalam memilih makanan yang sehat dapat memberikan kita suatu kondisi yang baik dan sehat sehingga keseimbangan antar protein Bcl-2 (anti apoptosis) dan protein p53 (pro apotosis) dapat tetap di jaga.


Rektor Undana, Dr. drh. Maxs U. E. Sanam,M.Sc dalam sambutannya mengaku Undana menyambut dengan suka cita dan rasa bangga dengan penambahan satu orang guru besar pada bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rektor mengapresiasi perjalanan karir dan jabatan Prof. Apris yang dimulai dari Tenaga Laboran pada FKM tahun 2001, hingga akhirnya dikukuhkan sebagai Guru Besar. “Menjadi Profesor di masa sekarang adalah proses yang bukan saja sulit, tetapi amat sulit. Prof bukan gelar akademik, tetapi jabatan akademik tertinggi di Perguruan Tinggi,” ujarnya.

Ia menambahkan, menjadi Profesor bukan akhir dari pencapaian akademik, namun sebagai tahap awal pengabdian seorang dosen yang menyandang jabatan fungsional akademik tertinggi. “Tentunya Undana sangat berharap pada Prof. Apris bisa berkarya membawa Prodi Kesehatan Masyarakat menjadi salah satu Prodi yang dibanggakan,” ujarnya.

 

“Kemegahan dan popularitas tidak semata ditentukan dengan kemegahan gedung, dan sarana prasarana lainnya, tapi ditentukan dengan Sumber Daya Manusia, dan pilar utamanya adalah Guru Besar,” sambung Rektor.

Lima Tipe Profesor 

Rektor pada kesempatan itu memberi sedikit testimoni dari buku yang ditulis Bruce Mcfarlan dengan judul Intelectual Leadership in Higher Education atau Kepemimpinan Intelektual di Pendidikan Tinggi. Buku itu, jelas Rektor memberi catatan penting bagaimana pemimpin memberdayakan kepemimpinan intelektual yang dimiliki guru besar. Ia bahkan menyebut, ada lima tipe Profesor di dunia. First, Classical Profesor, yang mana pada awal pendidikan banyak mencurahkan banyak waktu di bidangnya. Mengejar penelitian dan juga merangkap sebagai pejabat universitas baik di tingkat Prodi maupun universitas.  “Inilah yang disebut classical profesor tetapi tipe profesor seperti ini akan menjadi pemisah antara bidang akademik dan manajemen karena terbeban dengan waktu,” jelas Dr. Maxs.

Second, Profesor Peneliti. Tipe profesor yang mengalami peningkatan tren, mereka ada di lembaga penelitian. Third, Profesor Bintang adalah profesor yang menghabiskan sebagian besar waktunya berada di luar universitas. “Mereka ini justru adalah peneliti luar biasa yang mendorong universitas melalui karyanya,” ujar Rektor Maxs sembari menambahkan bahwa tipe profesor seperti inilah yang menjadi salah satu kontrak kinerja Rektor Undana dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Profesor seperti ini justru menjadi peneliti luar biasa di mana universitas mendorong agar meningkatkan rating universitas, sebagaimana karya akademik yang mereka hasilkan

 

Keempat, the practice profesor, yang memiliki hubungan dengan pekerjaan-pekerjaan profesional, semisal menjadi doktor gigi, dokter hewan, pengacara dan lain sebagainya. Dan kelima, manajerial profesor. “Profesor seperti ini menghabiskan sebagian waktunya untuk mengurus hal-hal yang bersifat manajerial, seperti Dekan, Wakil Dekan, bahkan Rektor sekalipun,”  papar Dr. Maxs.

Dari lima tipe ini, ungkap Rektor bahwa semuanya baik, namun tren yang ada sebagaimana hasil penelitian tentang peran ideal seorang Profesor menunjukkan bahwa urutan paling tinggi yang diharapkan dari seorang Profesor adalah Profesor menjadi lokomotif atau mentor bagi akademisi lainnya seperti junior untuk berkembang.

Artinya, mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan kemampuan yang lebih baik melalui publikasi dan akhirnya menjadi Profesor. “Inilah yang menjadi prioritas. Peran pemimpin dalam penelitian. Profesor harus menjadi contoh dan motivator bagi yang dibimbing. Profesor harus menjaga nilai standar akademik dan moral,” ujarnya. (rfl)

 

 

Comments are closed.
Archives